Pendahuluan
·
Latar
belakang
Perkembangan
individu (remaja) berlangsung
terus menerus dan tidak dapat diulang kembali. Masa remaja merupakan masa yang
rentan terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik diakibatkan sikap mereka yang suka mencoba-coba pada hal yang baru. Pada perkembangan fisik remaja mulai nampak terutama pada bagian organ-organ seksualnya secara fisik, maupun
secara psikis.
Hal
ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak
menggunakan metode belajar
mengajar
satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir.
Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung
masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mental.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak
supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan
mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
·
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut
:
1. Apa
yang dimaksud dengan masa remaja atau pubertas?
2. Bagaimana
cara mengatasi kenakalan-kenakalan remaja?
3. Apa
saja dampak yang akan terjadi?
4. Bagaimana
tanda-tanda masa remaja/pubertas di lingkungannya?
·
Tujuan
ü Menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai kehidupan di masa remaja.
ü Mengetahui
dampak yang akan terjadi di masa remaja.
ü Dapat berfikir kritis, analitis, dan
objektif terhadap masalah di lingkungan sekitar, terutama masalah yang berkaitan
dengan kenakalan-kenakalan remaja.
ü Mengkaji secara mendalam dari suatu
peristiwa atau yang terkait dengan masalah kenakaln remaja.
ü Agar memperoleh
pengetahuan mengenai dampak-dampak.
·
Kegunaan
1. Bagi Pembaca
a. Setelah membaca makalah ini diharapkan
akan meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama.
b. Dengan membaca makalah ini
diharapkan bisa mengambil manfaat, hikmah serta nilai-nilai yang terkait
tentang kenakalan remaja.
2. Bagi penulis
a. Dengan mengkaji permasalahan
tersebut diharapkan kami dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan yang
mendalam.
b. Sebagai tolok ukur untuk menilai
kemampuan kami dalam makalah yang berkualitas.
c. Mengetahui dampak yang terjadi
akibat kurangnya kepedulian orang tua.
BAB II
Isi
1.
MASA REMAJA
Masa remaja merupakan
masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap
berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan
juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni
masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial.
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan
manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.
Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi
valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia
pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada
awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun
mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia
sudah bisa
dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa.
Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di
saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang
perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola
perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi
bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain
waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda
keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda
fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal
yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan
perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka.
Untuk dapat memahami remaja, maka
perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensidimensi tersebut
Dimensi
Biologis
Terjadi perubahan-perubahan fisik, perubahan tingkah laku maupun psikis Bentuk
fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
Dimensi
Kognitif
Perkembangan
kognitif remaja, dalam merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal. Tahap perkembangan
yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat
sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
Dimensi
Moral
Masa remaja
adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena
yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka.
Dimensi
Psikologis
Masa remaja
merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati)
bisa berubah dengan sangat cepat. Meski
mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum
tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
2.
Kenakalan
Remaja Atau Kenakalan Orang Tua
Akhir-akhir ini
fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak
dulu. Para pakar psikolog selalu mengupas masalah yang tak pernah
habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak
pernah putus. Sambung menyambung dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dari
tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke hari semakin rumit. Masalah kenalan
remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia.
Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka
arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah.
Dunia teknologi yang
semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di
berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas
diberbagai lapisan masyarakat. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh
remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,
baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan
masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan
emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud
dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak
maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa
lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun
trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya
merasa rendah diri.
Mengatasi kenakalan remaja,
berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan
mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman,
maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja
tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik
psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi
lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa
itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan
masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah? Mereka juga punya
masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama.
Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan
lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak
kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal
tidak menambah jumlah kasus yang ada.
Kenakalan remaja,
merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak orang tua yang
tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya
menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan
kebutuhan batinnya. Orang
tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang
baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika berbicara masalah
kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja
selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan yang jarang memerhatikan
faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam hal ini orangtua. Kita
selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan
pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh
media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.
Ketika kita berbicara
mengenai iman, kita mempersoalkan nilai dan biasanya melupakan sesuatu, yaitu
pengaruh orangtua. Didikan orangtua yang salah bisa saja menjadi faktor
psikologis utama dari timbulnya kenakalan pada diri seorang remaja. Apalagi
jika kasus negatif menyerang orangtua terhadap remaja, seperti perselingkuhan, perceraian, dan pembagian harta
gono-gini. Mungkin kita perlu mengambil istilah baru, kenakalan orangtua. Orang tua, sering lupa
bahwa perilakunya berakibat pada anak-anaknya.
Karena kehidupan ini
tidak lepas dari contek-menyontek perilaku yang pernah ada. Bisa juga karena
ada pembicaran
terhadap perilaku yang mengarah pada kesalahan, sehingga yang salah menjadi
kebiasaan. Para orang tua jangan berharap anaknya menjadi baik, jika orang
tuanya sendiri belum menjadi baik.
Sebenarnya
hati nurani generasi ingin menghimbau hal tersebut, akan tetapi itu menjadi
sangat sulit untuk diubah karena telah menjadi suatu rutinitas kebiasaan sehari-hari
3.
Kanakalan
Remaja Kini Menjadi Masalah Sosial
Remaja
Indonesia akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian dari berbagai pihak,
khususnya pemerintah dan orang tua. Orang tua terutama yang memiliki anak remaja sangat
prihatin dan khawatir kepada putra-putri mereka karna banyak kenalan remaja
sangat meresahkan. Kenakalan remaja
itu diantaranya adalah seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, serta minuman keras. Hal ini
di tambah lagi dengan tayangan televisi
yang banyak memberikan contoh yang sebenarnya itu adalah hal-hal negatif yang sebagian besar
banyak para remaja yang seperti di tutut mengikuti tayangan televisi tersebut karena
kemajuan jaman.
Majalah-majalah seks juga sekarang banyak di perjual
belikan sehingga para remaja dapat
membeli dengan mudah. Bahkan di dunia informatika yang tujuan utamanya
adalah untuk memudahkan kita dalam mengakes informasi yang kita butuhkan sering di salah gunakan
oleh para remaja untuk memngakses hal-hal yang negatif. Karena kemudahan memperoleh informasi-informasi
yang negatif
televisi, majalah dan kemajuan teknologi tersebut maka banyak para remaja mempraktikkan apa yang di baca
dan dilihatnya.
Seks bebas di Indonesia sudah tidak lagi di anggap
tabu. Bahkan banyak diantara mereka
harus menikah dini setelah melakukan seks.
Obat-obatan terlarang seperti
psikotropika banyak di gunakan oleh
remaja-remaja kita saat ini.
Hal ini desebabkan karena banyak pengedar yang memanfaatkan psikoligi para
remaja yang masih labil untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Hal kecil
adalah rokok. Di dalam rokok terdapat zat-zat yang berbahaya dan mengandung
narkotika. Namun remaja
putra khususnya sangat sulit apabila mereka di jauhkan dari rokok. Bahkan
banyak remaja pada saat ini sudah kecanduan pada rokok. Hal lain yang juga meresahkan
orang tua adalah
minuman keras. Minuman keras saat ini banyak di jual bebas bahkan dengan harga yang relatif murah.
Minum minuman keras kini menjadi hal yang biasa pada
remaja Indonesia. Faktor orang tua dan pendidikan yang kurang memperhatikan
mereka dapat menjadi salah satu
faktor dalam memengaruhi mereka yang merasa tidak lagi di perhatikan. Minuman keras seakan menjadi
pelarian bagi mereka
untuk menghilangkan rasa kesal dan emosi. Namun hal ini dapat di cegah dengan
lebih memperhatikan mereka.
4. REMAJA DAN
ROKOK
Di masa
modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun
dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun
orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa
motivasi yang melatar belakangi
seseorang merokok adalah untuk mendapat pengakuan, untuk menghilangkan
kekecewaan, dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma. Hal ini
sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya
dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena
mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata